Wakil Gubernur Riau : Film Buya Hamka Sangat Membangkitkan Semangat.

PEKANBARU – Wakil Gubernur Riau (Wagubri), Brigjen TNI (purn) Edy Natar Nasution nonton bareng (Nobar) film Buya Hamka pada Gala Premiere di Gedung XXI Mall SKA Pekanbaru, Minggu (9/4/2023) Sore. Edy Natar Nasution Nobar bersama pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Riau. Ia mengungkapkan, Film Buya Hamka memperlihatkan kehidupan tokoh pejuang yang luar biasa.

“Saya melihat bahwa ini adalah gambaran kehidupan bahwa seorang Buya Hamka Menjadi seorang tokoh pejuang di Muhammadiyah yang memiliki ketegaran yang luar biasa,” ucap Wagubri Edy.

Perjuangan Buya Hamka mempertahankan agama, sebut Wagubri, menjadi hal yang patut dicontoh oleh generasi penerus.

“Tidak ada kekhawatiran dalam diri beliau dalam mempertahankan agama, dan hal ini mesti dicontoh oleh generasi islam secara keseluruhan,” jelasnya.

Selanjutnya, Mantan Danrem 031 Wirabima itu menuturkan, bahwa Film Buya Hamka menjadi tayangan yang layak ditonton untuk generasi islam di Indonesia, khususnya di Riau.

“Film ini sangat bagus dan layak menjadi inspirasi untuk generasi umat islam di Indonesia dan di Riau khususnya,” tandas Wagubri.

Sinopsis Film Buya Hamka

Film Buya Hamka adalah sebuah fim biografi yang mengangkat kisah nyata perjalanan seorang tokoh inpiratif Indonesia bernama Buya Hamka. Buya Hamka yang memilki nama panjang Haji Abdul Malik Katim Amrullah adalah sosok wartawan, penulis, pengajar, sekaligus politikus. Beliau juga dikenal sebagai ketua pertama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan tokoh Muhammadiah yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional.

Film Buya Hamka ini akan terbagi dalam tiga volume yang berdurasi total selama tujuh jam. Film ini fokus menceritakan kehidupan sosok Buya Hamka dari kecil hingga dewasa.

Pada volume pertama, film ini mengisahkan periode ketika Hamka menjadi pengurus Muhammadiyah di Makassar dan berhasil memajukan organisasi tersebut. Setelah keberhasilan tersebut, Buya Hamka diangkat menjadi pemimpin redaksi majalah pedoman masyarakat sehingga membuat ia dan keluarganya harus pindah ke Medan.

Namun, pengangkatannya sebagai pemimpin tersebut membuat ia mulai berbenturan dengan kepentingan Jepang, hingga membuat medianya harus ditutup karena dianggap berbahaya. Kehidupan keluarganya juga terguncang ketika salah satu anak mereka meninggal dunia. Selain itu, usahanya mendekati Jepang membuatnya dianggap penjilat dan dimusuhi sehingga ia pun diminta mengundurkan diri dari jabatanya sebagai pengurus Muhammadiyah.

(Harga.me/Alw)

Leave a Comment